Jumat, 21 Juni 2013

Makalah Perilaku Konsumen


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam dunia usaha, pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat di pisahkan satu sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pasar tanpa pemasaran tidak ada artinya, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran untuk mencari atau menciptakan pasar.
Tujuan pemasaran adalah memenuuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran secara lebih baik dari pada pesaing. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok organisasi menyeleksi, membeli, mengunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran, menyusun pesan, da mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Para pemasar selalu mencari tren yang sedang naik daun yang mengemukakan peluang pemasaran baru. Maka dari itu sangat penting dalam menganalisis pasar komsumen dan perilaku konsumen.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang memengaruhi perilaku konsumen?
2.      Faktor psikologi apa yang mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap program pemasaran?
3.      Bagaimana gambaran tipe-tipe perilaku keputusan membeli?
4.      Bagaimana cara pembeli membuat keputusan pembelian?
5.      Bagaimana pemasar menganalisis pengambilan keputusan konsumen?








BAB II
PEMBAHASAN

A.     Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktifitas yang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian dan penggunaan serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan individu. Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam adalah faktor-faktor budaya.
1.    Faktor Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang sedang bertumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lain. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mengcakup kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis. Ketika subkultur menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan sering merancang program pemasaran serta untuk melayani mereka. Pemasaran lintas budaya muncul dari riset pemasaran yang cermat, yang menyingkapkan bahwa elung etnis dan demorafik yang berbeda tidak selalu menanggapi dengan baik iklan pasar missal.
Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi tersebut kadang-kadang terbentuk sistem kasta di mana para anggota kasta yang berbeda diasuh dengan mendapatkan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa.
Setiap kelompok atau masyarakat memiliki budaya dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian sangat beraneka ragam di tiap Negara. Kegagalan menyesuaikan pada perbedaan-perbedaan ini dapat mengekibatkan pemasaran yang tidak efektif atau kesalahan-kesalahan yang memalukan. Orang pemasaran selalu mencoba menemukan pergeseran budaya agar dapat menemukan produk baru yang akan mungkin akan diinginkan.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam dari pada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang yang merasa dirinya menempati posisi inferior atau superior di kelas sosial mereka. Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan variable, seperti pekerjaan, penghasilan dan lain-lain. Keempat, individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain pada kelas sosialnya selama masa hidup mereka. Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku statifikasi sosial dalam masyarakat tertentu.
Kelas sosial menunjukkan preferansi atas produk dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang yang mencakup pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan waktu luang, dan mobil. Preferensi terhadap mediapun. Berbeda-beda pada setiap kelas sosial, juga terdapat perbedaan bahasa pada kelas sosial yang berbeda.
2.    Faktor Sosial.
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh factor-faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status konsumen.
a.       Kelompok
           Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil. Kelompok yang secara langsung mempengaruhi dan dimiliki seseorang disebut kelompok keanggotaan. Beberapa di antaranya adalah kelompok primer yang memiliki interaksi regular tetapi informal-seperti keluarga, teman-teman, tetangga, dan rekan sekerja. Beberapa di antaranya adalah kelompok sekunder, yang lebih formal dan memiliki lebih sedikit interaksi regular. Kelompok sekunder ini mencakup organisasi-organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi professional, dan serikat buruh. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
           Orang juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok di luar kelompok mereka. Kelompok aspirasi adalah kelompok yang ingin dimasuki seseorang. Kelompok dissosiasi adalah kelompok yang nilai atau perilakunya di tolak seseorang.
           Para pembuat produk dan merek yang peka terhadap pengaruh kelompok yang kuat harus mengetahui bagaimana caranya merangkul pemimpin opini dalam kelompok acuan yang relevan. Pemimpin opini (opinion leader) adalah orang-orang di dalam kelompok acuan yang karena keahlian khusus, pengetahuan, kepribadian, maupun karakteristik lainnya, memberi pengeruh pada yang lain. Pemimpin opini ada diseluruh tingkat masyarakat, dan seseorang mungkin menjadi pemimpin opini dalam area produk tertentu dan pengikut opini dalam area produk yang lain.
           Pentingnya pengaruh kelompok, bervariasi untuk setiap produk dan mereknya. Pengaruh itu cenderung paling kuat kalau produk itu dilihat oleh orang yang dihormati pembelinya. Pembelian produk yang dibeli dan digunakan secara pribadi tidak banyak dipengaruhi oleh kelompok karena baik produk maupun mereknya tidak akan dikenali oleh orang lain.
b.      Keluarga
           Anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan pengaruh tersebut telah diteliti secara ekstensif. Orang pemasaran tertarik pada pesan dan pengaruh seorang suami, istri, maupun anak-anak dalam pembelian produkdan jasa yang berbeda. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi harga diri dan cinta. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi. Para pemasar tertarik pada peran dan pengaruh relatif suami, istri, dan anak-anak pada pembelian beragam produk dan jasa.
c.       Peran dan Status
           Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya, kelurga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
3.    Faktor Pribadi
a.       Umur dan tahap siklus hidup
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah usia serta gender orang dalam rumah tanggapada satu saat.

b.      Pekerjaan
Pekerjaan seseorang memepengaruhi brang dan jasa yang dibelinya. Pekerja kasar cenderung membeli pakaian kerja kasar, sedangkan pekerja kantoran membeli setelan bisnis. Orang pemasaran mencoba mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat yang rata-rata lebih tinggi pada produk dan jasa yang mereka hasilkan.
c.       Situasi ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang: penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktifa, utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap kegiatan berbelanja dan menabung. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus-menerus memerhatikan kecenderugan penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga.
d.      Gaya hidup
Gaya hidup adalah pola kehidupn seseorang. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau pun kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan pola peilaku seseorang dan interaksinya di dunia.
e.       Kepribadian dan konsep diri
Yang dimaksud kepribadian adalah ciri bawaan psikologi manusia yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian bias digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen atas suatu produk maupun pilihan merek. Sedangkan dasar pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka bahwa “kita adalah apa yang kita punya” . Jadi untuk memahami perilaku konsumen dengan apa yang dimilkinya.

B.     Proses Psikologis Utama
1.      Motivasi
             Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan yang lain bersifat psikogenesis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, pnghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia di dorong hingga mencapai intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mampu mendorong seseorang untuk bertindak.
             Teori Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memahami motivasi dirinya. Ketika seseorang mengamati merek-merek tertentu, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan yang terlihat nyata pada merek-merek tersebut, melainkan juga pada petunjuk lain yang samar. Wujud, ukuran, berat, bahan, warna, dan nama merek dapat memicu asosiasi dan emosi tertentu.
             Teori Maslov, Abraham Maslov berusaha menjelaskan mengapa orang didorong oleh kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Mengapa seseorang menghabiskan waktu dan tenaga yang besar untuk mendapatkan keamanan pribadi, sedangkan orang lain untuk mendapatkan penghargaan dari sesamanya? Jawaban Maslov adalah karena kebutuhan manusia tersusun secara hierarki, dari yang paling mendesak sampai yang kurang mendesak.
             Teori Herzberg, Frederick Herzberg mengembangkan teori dua-faktor yang membedakan ketidakpuasan dan kepuasan. Tidak adanya ketidakpuasan saja tidak cukup, sebaliknya kepuasan harus ada secara aktif untuk memotivasi pembelian.
2.      Persepsi
             Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana cara seseorang untuk bertindak dipengruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Dua orang dengan motivasi yang sama dan dalam situasi yang sama mungkin mengambil tindakan yang jauh berbeda karena mereka memandang situasi yang berbeda. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Persepsi tidak hanya berganung pada ransangan fisik, tapi juga rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan kedaan individu yang bersankutan. Poin pentingnya adalah bahwa persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Seseorang mungkin menganggap wiraniaga yang berbicara dengan cepat sebagai orang yang agresif dan tidak tulus, sementara yang lain mungkin menganggap orang yang sama sebagai orang yang pintar dan suka membantu. Setiap orang akan menanggapi secara berbeda terhadap wiraniaga.
             Dalam pemasaran persepsi itu lebih penting dari realitas karena persepsi itulah yang akan mempengaruhi perilaku actual konsumen. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi: perhatian selektif, distori selektif, dan ingatan selektif.
3.      Pembelajaran
             Pembelajaran menggambarkan perubahan perilaku individu yang muncul karena pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajara dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan.
             Teori pembelajaran mengajarkan para pemasar bahwa mereka dapat membangun permintaan atas produk dengan mengaitkan pada dorongan yang kuat, menggunakan isyarat yang memberikan pendorong atau motivasi, dan memberikan pengukuhan yang positif. Perusahaan baru dapat memasuki pasar dengan menawarkan bujukan yang sama dengan yang digunakan oleh para pesaing dan memberikan konfigurasi isyarat yang serupa, karena pembeli cenderung mengalihkan kesetiaan mereka pada merek yang mirip (generalisasi); atau perusahaan tersebut dapat merancang mereknya agar menarik bagi sekumpulan pendorong yang berbeda dan memberikan isyarat yang memancing perpindahan merek (diskriminasi).
4.      Keyakinan dan Sikap
             Dengan melakukan dan lewat pembelajaran, orang-orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Pada gilirannya, kedua hal ini akan mempengaruhi perilaku membeli mereka.
             Orang pemasaran tertarik pada keyakinan yang dirumuskan seseorang mengenai produk dan jasa tertentu, karena keyakinan ini menyusun citra produk yang mempengaruhi perilaku membeli. Jika keyakinan ini salah dan menghalangi pembelian, orang pemasaran akan mengeluarkan iklan untuk mengoreksi keyakinan itu.
             Orang-orang memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian, music, makanan, dan hampir setiap hal lainnya. Sikap menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan. Sikap menempatkan seseorang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai suka atau tidak sukanya akan sesuatu.
             Sikap sulit diubah. Sikap seseorang mungkin mengikuti suatu pola, dan untuk mengubah suatu sikap saja mungkin memerlukan penyesuaian yang akan menyulitkan dengan sikap lainnya. Jadi, perusahaan biasanya harus mencoba mencocokkan produknya dengan sikap yang telah ada dan tidak berusaha mengubah sikap tersebut. Tentu saja, ada pengecualian-pengecualian dimana biaya yang besar untuk mengubah sikap yang mungkin dikeluarkan.



C.     Tipe-Tipe Perilaku Keputusan Membeli
1.      Perilaku Membeli yang Kompleks
             Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks (complex buying behaviour) ketika mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lain. Konsumen mungkin akan sangat terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri. Biasanya, konsumen harus banyak belajar mengenai kategori produk tersebut.
             Pembeli ini akan melalui proses belajar, pertama mengembangkan sikap keyakinan mengenai produknya, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan masak-masak. Orang pemasaran dari produk yang banyak melibatkan pembeli harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku evaluasi dari konsumen yang terlibat. Mereka harus membantu pembeli belajar mengenai atribut-atribut kelas produk tersebut dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merek perusahaan atas atribut-atribut penting tersebut.
2.      Perilaku Membeli yang Mengurangi Ketidakcocokan
             Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance-reducing buying behaviour) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merek-merek yang ada. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidak cocokan pasca pembelian ketika mereka menemukan kelemahan dari produk yang mereka beli ataupun karena mendengar hal-hal begus mengenai merek produk lain yang tidak mereka beli. Untuk melawan ketidakcocokan ini, komunikasi purna-jual orang pemasaran harus memberikan bukti-bukti dan dukungan yang membantu konsumen menyenangi pilihan merek mereka.
3.      Perilaku Membeli karena Kebiasaan
             Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behaviour) terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek. Ini sering terjadi pada produk-produk yang murah dan sering dibeli. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai suatu merek, mengevaluasi sifat-sifat merek tersebut, dan mengambil keputusan yang berarti merek apa yang dibeli. Karena pembeli produk dengan keterlibatan yang rendah tidak kuat komitmennya terhadap merek apapun, orang pemasaran produk-produk semacam itu seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk. Dalam iklan untuk produk dengan keterlibatan rendah, salinan iklan harusnya hanya menekankan pada beberapa poin utama.
             Orang pemasaran dapat mencoba mengubah produk dengan keterlibatan rendah menjadi produk dengan keterlibatan tinggi yaitu cara menghubungkannya dengan beberapa masalah terkait.
4.      Perilaku Membeli yang Mencari Variasi
             Pelanggan menjalangkan perilaku membeli yang mencari variasi (variety-seeking buying behaviour) dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti. Mencari keragaman mengacu pada kecnderungan konsumen untuk secara spontan membeli merek produk baru meskipun mereka terus mengungkapkan kepuasan mereka dengan merek yang lama salah satu penjelasan tentang mencari keragaman adalah bahwa konsumen mencoba untuk mengurangi kejenuhan dengan membeli merek baru.

D.    Proses Keputusan Pembeli
Proses psikologi dasar ini memainkan peran penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengammbil keputusan pembelian. Para pemasar harus memahami setiap sisi perilaku konsumen. Perusahaan yang cerdas akan mencoba memahami sepenuhnya proses pengambilan keputusan pelanggan, semua pengalaman mereka dalam belajar, memilih, menggunakan bahkan dalam mendisposisikan produk. Para sarjana pemasaran telah menyusun model urutan tahap proses keputusan pembelian. Namun, para konsumen tidak selalu melewati seluruh lima urutan tahap ketika membeli produk. Mereka bias melewati atau membalik beberapa tahap. Adapun proses pembelian konsumen melalui lima tahap yaitu
1.      Pengenalan Masalah atau Kebutuhan
             Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
             Pada tahap ini seorang pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memincu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. Ini sangat penting pada pembelian dengan kebebaan memilih. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius.
2.      Pencarian Informasi
             Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai lebih aktif mencari informasi.
             Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok berikut ini.
a.       Sumber pribadi
b.      Sumber komersial
c.       Sumber publik
d.      Sumber pengalaman
Pengruh relatif dari sumber-sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Biasanya, konsumen menerima hamper semua informasi mengenai produk dari sumber komersial yang dikendalikan pemasaran. Namun sumber yang cenderung paling efektif adalah dari sumber pribadi. Perusahaahn harus cermat mengidentifikasi sumber informasi konsumen dan pentingnya setiap sumber. Konsumen harus ditanya apa yang perama kali mereka dengar mengenai merek tersebut, informasi apa yang mereka terima, dan seberapa penting informasi lain bagi mereka.
3.      Evaluasi Berbagai Alternatif
             Evaluasi berbagai alternatef adalah bagaimana konsumen memproses informasi untuk mencapai pilihan-pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak menggunakan satu proses evaluasi yang sederhana dalam semua situasi pembelian. Sebaliknya, beberapa proses evaluasi digunkan sekaligus.
             Konsep-konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita harus berasumsi bahwa setiap konsumen melihat produknya mungkin sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginannya yang unik. Ketiga, konsumen kemungkinan akan mengembangkan satu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi terhadap tingkat-tingkt atribut yang berbeda. Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda lewat prosedur evaluasi.
4.      Keputusan Pembelian
Biasanya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai tetapi dua faktor yang dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah factor situasi yang tidak diharapkan yang dimana konsumen mungkin membentuk niat membeli, namun kejadian-kejadian yang tidak diharapkan mungkin mengubah niat pembeli tersebut.
5.      Perilaku Pasca Pembelian
             Tugas seorang pemasar tidak berakhir ketika produknya dibeli orang. Stelah membeli produk tersebut, konsumen bisa puas bias juga tidak puas dan akan terlibat dalam perilaku pasca pembelian yang tetap menarik bagi orang pemasaran. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman, dan sumber lainnya. Jika penjual melebih-lebihkan kinerja produk, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya adalah ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dengan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa penjual harus membuat pernytaan yang jujur mengenai kinerja produknya sehingga pembeli menjadi puas.
             Hampir semua pembelian besar menghasilkan ketidakcocokan yang disadari, atau ketidaknyamanan yang disebabkan konflik pasca pembelian. Setelah membeli konsumen, konsumen puas dengan manfaat merek yang mereka pilih dan merasa senang karena terhindar dari kelemahan merek yang tidak dibeli. Namun, setiap pembelian mengandung kompromi. Konsumen merasa gelisah ketika mengetahui kelemahan-kelemahan merek yang dipilih dan kehilangan manfaat dari merek-merek yang tidak mereka beli.
             Sebuah perusahaan bertindak bijaksana apabila megukur kepuasan pelanggan secara teratur. Perusahaan tidak dapat hanya sekedar mengandalkan pelanggan yang tidak puas untuk secara sukarela mengirimkan keluhan mereka. Perusahan harus menetapkan sistem yang dapat mendorong pelanggan untuk menceritakan keluhan mereka. Dengan cara ini, perusahaan dapat mempelajari dengan baik hasil kerja mereka dan apa yang perlu diperbaiki. Adapun beberapa pendekatan untuk pencapaian kepuasan pelanggan melalui kulitas pelayanan yaitu:
a.       Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan.
b.      Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam proses perbaikan pelayanan.
c.       Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikankeluhan.
d.      Mengembangkan dan menetapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran.

E.     Teori Lain Tentang Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses keputusan konsumen mungkin tidak selalu berkembang sesuai dengan cara yang sudah direncanakan secara cermat. Adalah penting untuk memahami teori dan pendekatan lain terhadap bagaimana mengambil keputusan dan kapan keputusan itu diberlakukan.
1.      Tingkat keterlibatan konsumen
Keterlibatan konsumen dapat didefinisikan dari segi tingkat keterlibatan dan pengolahan yang aktif yang dilakukan konsumen dalam menaggapi rangsangan pemasaran.
a.       Model kemungkinan Elaborasi
Model ini dari Richard Petty dan John Cacioppo, model yang berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan sikap, menggambarkan agaimana konsumen melakukan evaluasi dalam lingkungan keterlibatan, baik yang tinggi maupun yang rendah. Terdapat dua sarana pembujukan pada model ini : rute sentral, dimana pembentukan dan perubahan sikap mencakup banyak pemikiran dan dan didasarkan pada pertimbangan yang rasional yang tekun tentang informasi jasa dan produk yang paling penting; dan rute sekeliling, dimana pembentukan atau perubahan sikap mencakup lebih jauh sedikit pemikiran dan merupakan konsekuensi dari asosiasi merek dengan entah petunjuk sekeliling yang positif atau negatif.
b.      Strategi pemasaran keterlibatan rendah
Para pemasar menggunakan empat teknik untuk berusaha mengubah produk dari keterlibtan rendah ke keterlibatan tinggi, yaitu:
1)      Mereka dapat mengaitkan produk dengan beberapa isu yang menarik keterlibatan
2)      Mereka dapat mengaitkan produk dengan beberapa situasi pribadi yang menarik
3)      Mereka dapat merancang iklan yang dapat memicu emosi yang berhubungan dengan nilai pribadi atau pertahanan ego.
4)      Mereka dapat menambah fitur yang pentig.
2.      Heuristik dan Bias dalam Keputusan
Heuristik adalah jalan pintas mental dalam proses keputusan. Terdapat tiga macam heuristik, yaitu:
a.       Heuristik ketersediaan, para konsumen mendasarkan prediksi mereka pada cepat dan mudahnya contoh hasil tertentu masuk dalam pikiran.
b.      Heuristik representatif, konsumen mendasarkan prediksi mereka pada seberapa representatif dengan contoh lain.
c.       Heuristik penyesuaian dan penjangkaran, konsumen sampai pada penilaian awal dan kemudian melakukan penyesuaian kesan pertama yang didasarkan pada informasi tambahan.
3.      Memberikan profil pada proses keputusan pembelian
             Bagaimana pemasar dapat belajar tentang tahap-tahap dalam proses pembelian produk mereka? Mereka dapat berpikir tentang bagaimana mereka sendiri akan bertindak (metode introspeksi). Mereka dapat mewawancarai sejumlah kecil pembeli terkini dan meminta mereka mengingat kembali peristiwa-peristiwa khusus yang membuat mereka akhirnya melakukan pembelian (metode retrospeksi). Mereka bisa menghimpun konsumen yang berencana untuk membeli produk dan meminta mereka berpikir dan menyampaikan bagaimana mereka melakukan pembelian (metode prospeksi), atau dapat meminta konsumen menggambarkan cara ideal untuk membeli produk (metode preskriptif). Masing-masing metode menghasilkan sebuah gambar tentang langkah dan proses.










BAB III
KESIMPULAN

Studi tentang perilaku konsumen merupakan hal yang sangat penting untuk diketahu apalagi bagi pemasar. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu budaya, sosial, pribadi dan psikologi. Perilaku pembelian juga terdiri dari berbagai tipe yang nantinya akan berpengaruh pada proses pengambilan keputusan. Tugas pemasar yaitu untuk memahami bagaimana sesungguhnya perilaku konsumen dalam dunia ekonomi yang dari pemahaman itu menimbulkan berbagai strategi yang cermat untuk memprediksi apa yang dibutuhkan oleh pasar. Demi terwujudnya tujuan perusahaan.

























DAFTAR PUSTAKA

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller.2009.Manajemen Pemasaran.PT Indeks. Jakarta
Lupiyoadi Rambat.2001.Manajemen Pemasaran Jasa.Salemba Emban Patria.Jakarta
Philip Kotler dan Gary Armstrong.2001.Prisip-prinsip Pemasaran.Penerbit Erlangga. Jakarta
John C. Mowen dan Michael Minor.2002.Perilaku Konsumen.Penerbit Erlangga. Jakarta